Selasa, 15 Januari 2008

Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Langsung ke: navigasi, cari

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran

aspek rekasa perangkat lunak media pembelajaran

Senin, 2008 Januari 07

aspek rekasa perangkat lunak media pembelajaran

by Romi Satria Wahono

“Waduh kok softwarenya nggak mau jalan …”
“Lho kok proses instalasinya sulit sekali …”

Itu mungkin keluhan yang sering kita dengar ketika kita menggunakan sebuah software atau perangkat lunak di komputer kita. Dan bukan sesuatu yang mustahil, kemungkinan besar terjadi juga di perangkat lunak media pembelajaran yang kita kembangkan. Jangan dilupakan bahwa media pembelajaran yang terdiri dari media presentasi pembelajaran (alat batu guru untuk mengajar) dan software pembelajaran mandiri (alat bantu siswa belajar mandiri) adalah juga suatu perangkat lunak. Baik tidaknya sebuah perangkat lunak, biasanya menunjukkan bagaimana kualitas perangkat lunak tersebut, hal ini sudah kita kupas tuntas di artikel tentang pengukuran perangkat lunak. Nah, media pembelajaran yang baik adalah yang memenuhi parameter-parameter berdasarkan disiplin ilmu rekayasa perangkat lunak, seperti pada contoh diatas (efisiensi, reliabilitas, usabilitas, dsb).

Setelah aspek dan penilaian media pembelajaran kita bahas, artikel ini akan fokus di satu sisi penilaian yaitu aspek rekayasa perangkat lunak. Bagaimanapun juga saya tetap bersandar ke standard pengukuran perangkat lunak (baik ISO standard maupun best practice) pada saat menyusun kriteria-kriteria penilaian. Saya modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan supaya lebih mudah dipahami oleh peserta lomba. Kriteria penilaian dalam aspek rekayasa perangkat lunak yang akhirnya disetujui dalam diskusi di tim penyusun (LIPI, Pustekkom, IlmuKomputer.Com) adalah seperti di bawah:

1. Efektif dan Efisien dalam Pengembangan Maupun Penggunaan Media Pembelajaran

“Kok lambat yach?”
“Petunjuk Pemakaian: matikan seluruh program lain, karena program ini perlu memory 1GB untuk dapat dijalankan”
“Program besar sekali, menghabiskan space di komputer!”

Seringkali sebuah program yang sepertinya berukuran kecil dan memiliki fitur yang tidak terlalu rumit, tetapi berjalan sangat lamban. Kalau seandainya saja setiap komputer memiliki kecepatan yang tidak terbatas dan memory (RAM) yang bebas tidak terbatas, maka tentu tidak akan menjadi masalah. Tetapi setiap komputer memiliki kecepatan terbatas, memory (RAM) terbatas dan kapasitas penyimpanan tetap (hardisk) terbatas. Oleh karena itu, penting untuk mengatur pemakaian resource (CPU, RAM dan hardisk) tersebut secara efektif dan efisien. Kelambatan, rendahnya respon dan throughput biasanya terjadi karena pembuat tidak memikirkan efesiensi sumber daya yang terserap oleh program. Misalnya untuk pemakaian gambar-gambar yang ditampilkan dalam ukuran kecil, pembuat tetap menggunakan gambar asli yang beresolusi tinggi, tidak melakukan usaha-usaha kompresi dan pemotongan yang tepat. Sebaliknya, ada pula gambar yang seharusnya memakai resolusi tinggi, tetapi digunakan gambar yang beresolusi rendah.

Hal lain yang memungkinkan tidak efisiennya pemakaian resource adalah penggunaan algoritma yang kurang tepat Misalnya untuk pekerjaan pengurutan (sorting) sebuah kumpulan data, pembuat tidak memanfaatkan algoritma-algoritma sorting yang terkenal efektif seperti: insertion-sort, merge-sort dan lain-lain. Misalnya ada komputer A dengan kecepatan 100 kali lebih cepat dari komputer B, yang menjalankan algoritma yang berbeda untuk masalah yang sama. Kalau kita dapat memilih algoritma yang lebih tepat dan efisien di komputer B, maka program dapat saja berjalan lebih cepat 10 kali lipat di komputer B.

Salah satu kasus yang sering muncul adalah, karena terlalu bersemangat, pembuat media pembelajaran, menampilkan semua pustaka gambar yang ia miliki dan efek-efek animasi dan simulasi yang ia kuasai ke dalam media pembelajaran, meskipun mereka tidak terlalu penting dan efektif dalam membantu proses pembelajaran.

2. Reliabilitas (Kehandalan)

Murid: Pak, program ini kok sering hang ya?
Guru: Kenapa? Kapan errornya?
Murid: Gak tahu, tidak ada pesan error tuh.

Program dikatakan reliable atau handal bila program dapat berjalan dengan baik, tidak mudah hang, crash atau berhenti pada saat pengoperasian. Kehandalan program juga dinilai dari seberapa jauh dapat tetap berjalan meskipun terjadi kesalahan pada pengoperasian (error tolerance). Pengguna memerlukan feedback sesuai dengan kondisi system (termasuk berapa lama pengguna harus menunggu, dll).

3. Maintainabilitas (Dapat Dipelihara/Dikelola dengan Mudah)

“Good software is maintainable” (Reinhard Miller)
“It looks obvious until you try it” (IEEE Software)
“Programming is like poetry. It conveys a message, not only to the computer, but to those who modife and use your program” (Jonathan Bartlett)

Struktur program disusun dengan algoritma, alur penyajian, pengorganisasian, dan keterkaitan antar bagian sehingga mudah dalam modifikasi. Kode atau script tetap sederhana dan mudah dipahami meskipun menjalankan fungsi yang kompleks. Kode bersifat modular dengan dokumentasi pada tiap bagian yang memudahkan dalam modifikasi dan perubahan (maintenance). Sehingga siapa saja yang ingin merubah/memperbaiki/menambah fitur program dapat dengan mudah melakukannya. Selain penambahan fitur, hal yang sering dilakukan oleh programer adalah menemukan bug dalam programnya. Justru ada pernyataan bahwa membersihkan bug adalah 60% dari pekerjaan seorang programer.

Semakin sedikit code program yang Anda tuliskan, semakin kecil keperluan agar code atau program maintainable. Semakin banyak code program yang Anda tuliskan, semakin perlu Anda memikirkan maintainabilitas program Anda.

4. Usabilitas (Mudah Digunakan dan Sederhana dalam Pengoperasiannya)

Layaknya seoseorang yang bingung ketika baru pertama kali datang ke Jakarta dan ingin mencari alamat Jl. Jend. Gatot Subroto 10. Orang tersebut pasti merasa bingung untuk mencari alamat tersebut. Dalam kondisi bingung, orang tersebut tentu akan memanfaatkan marka jalan sebagai penunjuk arah. Dapat dibayangkan apabila di jalan raya tidak disediakan rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan, tentu orang akan tersesat dan tidak tahu ke mana arah yang akan dituju. Begitu pula dengan media pembelajaran, ketersediaan tooltip, help, icon, logo, tombol, dsb akan sangat membantu pengguna yang baru pertama kali menggunakan media tersebut. Desain dan tata letak navigasi sangat membantu pengguna untuk memanfaatkan media tersebut. Apabila terjadi kesalahan pada program (error) maka ditampilkan pesan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pengguna.

Konsistensi bentuk dan letak navigasi juga mempengaruhi kenyamanan pengguna ketika menghayati informasi yang tersirat dalam media pembelajaran. Dengan hanya melihat tampilan awal, pengguna dapat mengetahui kondisi program dan dapat menentukan aksi-aksi alternatif. Semua pilihan dan bahan tampak sehingga mudah dicari bilamana diperlukan tanpa mengganggu pengguna dengan informasi yang berlebihan. Pengguna juga dapat dengan sangat mudah menebak, memperkirakan bahkan menentukan relasi antara aksi dan hasil, antara kontrol-kontrol dan efek yang ditimbulkannya, antara status software dan apa yang tampak.

5. Ketepatan Pemilihan Jenis Aplikasi/Software/Tool untuk Pengembangan

Karya media pembelajaran dikembangkan dengan aplikasi dan perangkat yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengembang. Contohnya adalah untuk membuat desain grafis, tentu harus menggunakan perangkat lunak pengolah grafis, dan bukan perangkat lunak (aplikasi) yang diciptakan untuk mengolah kata. Contoh lain, untuk membuat presentasi, akan lebih mudah dikembangkan dengan perangkat lunak untuk membuat presentasi. Demikian juga tentang pemanfaatan tool yang tepat dan lebih mudah dalam pembuatan animasi, simulasi, test, dan fitur-fitur yang lain.

6. Kompatibilitas (Media Pembelajaran Dapat Diinstalasi/Dijalankan di Berbagai Hardware dan Software yang Ada)

Perkembangan software dan hardware sudah cukup banyak bervariasi, semakin tinggi spesifikasinya, semakin tinggi kecepatan prosesnya. Bila dulu kecepatan akses RAM paling tinggi 8 MB, saat ini kecepatannya berkali lipat hingga 1 GB, CD ROM yang dulu kecepatan bacanya paling tinggi 4X saat ini CD ROM sudah umum dan memiliki banyak fungsi dengan kapasitas kecepatan yang tinggi, seperti CD-RW dengan speed hingga 52X bahkan ada yang mampu membaca DVD, demikian juga dengan Software Aplikasi, bila dulu aplikasinya sederhana dan cukup panjang proses menjalankan berbagai aplikasi didalamnya, saat ini aplikasi sudah sangat indah dengan tampilan grafis yang baik dan animatif, dengan navigasi yang mudah dan cepat dalam proses menjalankan aplikasinya.

Belajar akan lebih baik, jika setiap orang bisa bekerja dimanapun tanpa ada hambatan spesifikasi komputer dan software yang dipersyaratkan untuk menjalankannya, oleh karenanya hasil karya yang baik kendaknya dapat dijalankan diberbagai kondisi hardware dan sofware yang beragam, artinya bisa dijalankan didalam spesifikasi komputer yang paling rendah sekalipun, bisa dijalankan dengan Operating System dengan platform apapun dan versi manapun, mulai dari yang awal hingga yang terbaru, dan software yang tidak dibatasi oleh versi keluaran baik versi awal maupun versi yang terbaru.

7. Pemaketan Program Media Pembelajaran Terpadu dan Mudah dalam Eksekusi

Media pembelajaran terpaket dengan baik. Proses instalasi berjalan secara otomatis dengan menggunakan Autorun. Dengan sekali install, program langsung dapat digunakan tanpa perlu melakukan instalasi lain satu persatu (plugin, dsb) atau proses rebooting komputer. Shorcut/icon secara otomatis muncul setelah proses instalasi dengan nama yang mudah diidentifikasi. Fitur untuk uninstall program disediakan untuk membantu pengguna apabila sudah tidak memerlukan program tersebut. Program dapat juga dikembangkan tanpa proses instalasi, artinya dengan satu klik semua berjalan dengan sendiri. Hal ini semakin memudahkan pengguna terutama untuk siswa-siswa yang kurang dalam mengenal komputer.

8. Dokumentasi Program Media Pembelajaran yang Lengkap

“Gimana nih cara instalasinya? Kok nggak panduannya?”

Pertanyaan ini muncul ketika media pembelajaran yang telah kita buat ternyata tidak dilengkapi dengan dokumentasi tentang cara instalasi dan cara penggunaan. Definisi rekayasa perangkat lunak menurut Ian Sommerville adalah:

“Program komputer dan dokumentasi yang berhubungan”

Jadi tidak boleh dilupakan bahwa sebutan perangkat lunak itu tidak hanya untuk program komputer, tetapi juga termasuk dokumentasi dan konfigurasi data yang berhubungan yang diperlukan untuk membuat program beroperasi dengan benar. Dengan definisi ini otomatis keluaran (output) produksi perangkat lunak disamping program komputer juga dokumentasi lengkap berhubungan dengannya. Ini yang kadang kurang dipahami oleh pengembang, sehingga menganggap cukup memberikan program yang jalan (running program) ke pengguna.

Dokumentasi media pembelajaran yang dibuat harus meliputi: petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas, menggambarkan alur kerja program). Dokumentasi, selain berorientasi ke kemudahan pengguna dengan adanya help, readme, panduan penggunaan, dsb, juga berorientasi pada pengembang yang diimplikasikan pada lengkapnya dokumentasi dan penjelasan pada kode program sehingga memudahkan dalam modifikasi.

9. Reusabilitas (Sebagian atau Seluruh Program Media Pembelajaran dapat Dimanfaatkan Kembali untuk Mengembangkan Media Pembelajaran Lain)

Eric S. Raymond, seorang tokoh programmer opensource mengatakan “Good programmers know what to write. Great ones know what to rewrite and reuse”. Setelah level membuat terlewati, seorang pengembang harus meningkatkan kemampuan diri untuk tidak hanya berorientasi membuat, tapi juga berorientasi ke bagaimana fitur dan fungsi program kita supaya dapat digunakan lagi di program lain dengan mudah. Bagaimana kita mendesain sebuah source code (kode sumber), icon, logo, tombol dan sebagainya sehingga dengan mudah dapat digunakan kembali (reuse) pada program media pembelajaran lain, itulah arti dari reusabilitas.

Template menu, icon, logo, tombol, dsb yang telah dibuat dapat dengan mudah digunakan untuk program lain. Library (DLL, API, dsb) juga dikemas dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan oleh program lain. Program tersusun secara modular, hal ini mempermudah penggunaan kembali (reusabilitas).

http://romisatriawahono.net/2006/06/23/media-pembelajaran-dalam-aspek-rekayasa-perangkat-lunak/


RENCANA PROPOSALHKU

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM DI KELAS VII MTs AL-IKHLAS

KABUPATEN CIREBON

PROPOSAL PENELITIAN




SUPARYONO

NIM: 50440798

DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

CIREBON

2008 M/1429 H

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di negara ini banyak di pengaruhi oleh berbagai macam faktor, Karena itu mutu pendidikan negara kita terpuruk, tetapi kita tidak boleh menyalahkan atau mencari siapa yang salah dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah ini, karena ini merupakan tanggung jawab kita semua sebagai warga negara ini, tetapi yang perlu kita renungkan dan fikirkan adalah bagaimana mutu pendidikan dinegara ini kembali bermutu dan mampu bersaing dengan negara-negara lainnya.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan tidaklah mudah seperti kita membalikkan telapak tangan kita, karena untuk meningkatkan mutu pendidikan membutuhkan suatu proses yang cukup panjang dan melelahkan. Dalam agama Islam, pendidikan manusia dimulai pada saat anak manusia dalam kandungan ibunya (prenatal) hingga manusia menggembuskan napas terakhirnya. Jadi, pendidikan berlaku sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup (Long Life Education). Salah satunya pendidikan yang ada di sekolah-sekolah.

MTs AL-Ikhlas Mayung Kabupaten Cirebon sebagai salah satu penyelenggara pendidikan dasar 9 tahun dituntut untuk melakukan proses belajar mengajar yang bermutu melalui pelayanan sekolah yang profesional berdasarkan standar pelayanan minimum sekolah yang terdiri dari (1) kurikulum tingkat satuan dasar, (2) pola kecakapan hidup (life skills), dan (3) pola pelayanan terpadu pendidikan.

Sekolah merupakan suatu tempat untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar (PBM) karena adanya interaksi antara guru dan murid, dimana, guru dan murid merupakan dua komponen terpenting. Menurut Surya, Mohamad (2004: 50) “Dalam psikologi pendidikan, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Proses belajar-mengajar adalah kunci utama dari dunia pendidikan terutama disekolah-sekolah, dimana proses belajar-mengajar adalah intinya, sedangkan guru sebagai salah satu komponennya harus memiliki cara-cara tertentu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi tertentu dan memudahkan para siswa dalam menyerap materi pelajaran pada proses belajar-mengajar, karena itu seorang guru harus jeli dalam memilih cara tertentu yang dianggap paling mudah dan cepat dicerna oleh siswa atau peserta didik sehingga pengetahuan yang disampaikan oleh guru akan benar-benar dapat dimilki oleh peserta didik.

Lingkungan merupakan salah satu tempat atau wahana untuk digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, karena dapat menumbuhkan minat dan merangsang mereka untuk berbuat dan membuktikannya. Hal ini sangat baik dan cocok dilakukan dalam mata pelajaran biologi, karena pemahaman para siswa tentang biologi adalah ilmu hafalan dan tidak bermanfaat bagi kehidupan dan juga akibat dari pengalaman belajar yang bersifat verbalistis dan tidak pernah diajak belajar keluar kelas sedangkan dalam ilmu biologi harus sesuai dengan apa yang ada dalam alam ini karena, biologi didalam Sekolah Menengah Pertama merupakan Mata pelajaran sains dimana siswanya dituntut untuk dapat memahami konsep biologi dan mengembangkan daya nalar untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.

Untuk itu peneliti termotivasi dan tertarik melakukan penelitian tentang pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran karena pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran sangat tepat dan sesuai dengan materi-materi yang ada dalam biologi, sehingga siswa lebih mengerti dan memahami tentang materi-materi biologi. Sedangkan pengambilan pokok bahasan ekosistem ini karena dalam ekosistem terdapat komponen yang bisa dijumpai disekitar kita. Untuk itu pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem sangat cocok dan tepat.

Oleh karena itu pemafaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem di MTs Al-Ikhlas Mayung Kab. Cirebon, diharapkan dapat digunakan sebagai alternative untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar sehingga, siswa akan lebih senang dan paham dengan pembelajaran ini serta memperbaiki kualitas pembelajaran biologi dan mutu pendidikan.

  1. Perumusan Masalah

1. Identifikasi masalah

Dalam penelitian ini menggunakan wilayah kajian media pembelajaran yaitu pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam proposal ini menggunakan pendekatan kuantitatif

3. Jenis Masalah

Jenis masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah korelasi yaitu hubungan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem

4. Pembatasan Masalah

Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid dan terarah maka masalah yang hendak dikemukakan dibatasi. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

a) Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah pada sawah dan halaman sekolah sebagai media pembelajaran.

b) Hasil belajar siswa pada penelitian ini hanya pada ranah kognitif terutama pada aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis.

c) Hubungan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran di MTS Al-Ikhlas Kabupaten Cirebon

d) Pokok bahasan ekosistem terutama ekosistem sawah dan halaman sekolah.

5. Pertanyaan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penulis menyusun beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1) Bagaimana pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem di MTs AL-Ikhlas Mayung Kabupaten Cirebon?

2) Bagaimana hasil belajar siswa dengan pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem di MTs AL-Ikhlas Mayung Kabupaten Cirebon?

3) Bagaimana hubungan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dengan hasil belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem di MTs AL-Ikhlas Mayung Kabupaten Cirebon?

  1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:

1) Untuk mengkaji pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem di MTs AL-Iklhas Mayung Kabupaten Cirebon?

2) Untuk mengkaji hasil belajar siswa dengan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem di MTs AL-Ikhlas Mayung Kabupaten Cirebon?

3) Untuk mengkaji hubungan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dengan hasil belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem di MTs Al-Ikhlas Kabupaten Cirebon?

  1. Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa untuk memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan siswa sebagai subjek yang mampu mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Selain itu bagi penulis sendiri bisa mengetahui tingkat keberhasilan dari pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran sehingga memudahkan peneliti dalam penyapaian materi terutama pada pokok bahasan ekosistem.

Sedangkan bagi guru dapat meningkatkan kecakapan dalam menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi lingkungan sekolah. Selain itu mendekatkan anak dengan lingkungan sekitar sekolah, sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan dan pada akhirnya dapat menumbuhkan kesadaran akan kebesaran dan Maha Sempurnanya Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta.

  1. Kerangka Pemikiran

Dalam proses belajar mengajar terdapat dua macam cara yaitu teori dan praktek, dimana keduanya saling mendukung antara satu dan yang lainnya. Dimana dalam hal ini teori adalah proses belajar mengajar yang yang bersifat pengetahuan dan teoritik, sedangkan praktek lebih bersifat penguatan dan pemantapandari teori atau meteri

Pada masa-masa ini banyak guru yang tidak memperhatikan dan mempertimbangkan penggunaan media pembelajaran sebagai media atau perantara dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan padahal pada kenyataannya pemanfaatan media pembelajaran sangat membantu guru dalam penyampaian materi yang disampaikan, sehingga hasil yang akan dicapai oleh seorang guru sesuai dengan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Karenanya untuk menunjang tujuan ini maka seorang guru harus bisa dan mampu memilih media yang tepat dalam proses belajar mengajar terutama pada pembelajaran ilmu biologi, dimana dalam pembelajaran biologi akan lebih menunjang dan mencapai tujuan bila menggunakan media yang sesuai misalnya dalam pembelajaran ekosistem yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran.

Dengan penggunaan media lingkungan dalam pembelajaran biologi pada pokok bahasan ekosistem dimana, pada materi ini siswa lebih banyak melakukan praktek, karena pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran akan membantu siswa dalam mendapatkan hasil belajar yang cukup baik terutama ranah kognitif siswa, dimana ranah ini adalah ranah penting untuk menentukan hasil dari pembelajaran.

Untuk mengetehui tingkat keberhasilan ranah kognitif ini maka dilakukan evaluasi berupa test formatif dan angket dimana test ini untuk mengetehui hasil belajar siswa yang telah dicapai, sedangkan angket digunakan untuk mengetahui tanggapan para siswa dalam pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran. setelah diketahui hsil yang diperoleh maka dilakukan proses belajar mengajar pada meteri selanjutnya.










METODE*

MEDIA PEMBELAJARAN




Keterangan : * Tidak diteliti

Gambar .1 Kerangka Pemikiran

A. Hipotesis

Menurut Arikunto (2002 : 67) menyatakan bahwa “ Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara pada permasalahan penelitian sampai terbukti dengan melalui data yang terkumpul setelah penelitian dilakukan “. Berdasarkan rujukan tersebut penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem dikelas VII MTs Al-Ikhlas Mayung Kabupaten Cirebon

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar Dan Pembelajaran

  1. Pengertian Belajar

Dalam pengertian yang luas belajar adalah proses perubahan seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu. Misalnya seseorang yang tidak tahu akan adanya konsep tentang ekosistem maka dengan belajar akan menjadi tahu dan paham apa yang dimaksud dengan konsep ekosistem. Menurut Hamalik, Oemar,( 2004: 194). Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan

Menurut Slameto (2003:2) bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Proses belajar yang disertai dengan pembelajaran akan lebih efektif dan terarah, dari pada belajar dari pengalaman dalam kehidupan sosial. Agar pembelajaran lebih terarah proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen diantaranya yang satu sama lain saling berinteraksi, komponen tersebut adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, model dan strategi pembelajaran, media dan evaluasi, semuanya ini merupakan satu komponen agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

  1. Pengertian Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kodisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan anak didiknya, dimana guru sebagai pengajar dan siswa sebagai anak didik. Kesatuan atau perpaduan kedua unsur ini maka lahirlah interaksi yang edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam kegiatan belajar mengajar.

Menurut Surya (2004: 7) “ pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh sesuatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

B. Teori-teori Belajar

Menurut Sukmadinata (2004 : 167) Teori- teori belajar bersumber dari teori atau aliran – aliran psikologi. Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar psikologi yaitu : teori disiplin mental, behaviorisme, dan kognitif- gestalt - field.

1. Teori disiplin mental

Menurut rumpun psikologi ini individu memiliki kekuatan kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan-kekuatan kemampuan dan potensi-potensi tersebut. Bagaimana proses pengembangan kekuatan-kekuatan tersebut tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda.

2. Teori behaviorisme

Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Teori- teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur- unsur seperti halnya molekul- molekul.

3. Teori cognitif- gestalt- field

Rumpun ketiga adalah kognitif-gestalt–field. Kalau rumpun behaviorisme bersifat molekular (menekankan unsur- unsur), maka rumpun ini bersifat molar atau bersifat keseluruhan dan keterpaduan. Teori kognitif, dikembangkan oleh para ahli psikologi kognitif, teori ini berbeda dengan behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons.

C. Pemanfaatan lingkungan sebagai Media pembelajaran

Pada dasarnya proses pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan melalui tatap muka antara guru dan siswa, dimana guru menyampaikan materi kemudian siswa mendengarkannya, melainkan ada beberapa cara yang sesuai khusus agar siswa mampu menerima materi dengan baik. Untuk itu perlu adanya sebuah terobosan baru untuk memudahkan siswa dalam menerima materi dan juga memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, yakni melalui media pembelajaran.

Dalam hal ini pembelajaran tentang biologi sangat berkaitan dengan pemakaian media terutama pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran karena biologi tidak lepas dari lingkungan yang ada di sekitar kita. Secara harfiah kata media mempunyai arti “perantara” atau “pengantar” Association for Education Communication (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat di manipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instructional (Asnawir & Usman, 2002: 11).

Media merupakan alat yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran perasaan dan kemajuan audiens (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar (Sabri, Ahmad, 2005: 112)

Seorang guru dalam menggunakan media pendidikan yang efektif, setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan/ pengajaran. Pengetahuan tersebut menurut Oemar Hamalik (1985: 16), dalam Asnawir & Usman (2002: 18):

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar,

b. Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan

c. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar

d. Hubungan antara metode mengajar dengan metode pendidikan

e. Nilai dan manfaat media pendidikan

f. Memilih dan menggunakan media pendidikan

g. Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan

h. Mengetahui penggunaan media pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan

i. Melakukan usaha-usaha inovasi dalam media pendidikan

Karena itu media pendidikan sangat penting sekali untuk menungjang pencapaian tujuan dari pendidikian itu sendiri.

Lingkungan adalah sesuatu gejala alam yang ada disekitar kita, dimana terdapat interaksi antara faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik (tak hidup). Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku. Hamalik, Oemar (2004 : 194) dalam teorinya “Kembali ke Alam” menunjukan betapa pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan peserta didik. Menurut Hamalik, Oemar (2004: 195) Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Lingkungan meliputi:

a) Masyarakat disekeliling sekolah;

b) Lingkungan fisik disekitar sekolah;

c) Bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai dan bahan-bahan bekas dan bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau alat bantu dalam belajar;

d) Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.

Jadi media pembelajaran lingkungan adalah pemahaman terhadap gejala atau tingkah laku tertentu dari objek atau pengamatan ilimiah terhadap sesuatu yang ada di sekitar sebagai bahan pengajaran siswa sebelum dan sesudah menerima materi dari sekolah dengan membawa pengalaman dan penemuan dengan apa yang mereka temui di lingkungan mereka. Dengan adanya pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini guru berharap siswa akan lebih akrab dengan lingkungan sehingga menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan sekitarnya. Langkah awal yang dapat dilakukan (Asnawir & Usman, 2002: 109):

1. Menanami halaman sekolah dengan tumbuh-tumbuhan dan bunga-bunga;

2. Membawa tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kedalam kelas;

3. Mengusahakan mengoleksi rumput-rumputan dan daun-daunan (herbarium), serangga (insektarium), ikan dan binatang air (aquarium);

4. Menggunakan batu-batuan dan kerang-kerangan, semua ini dapat dijadikan sebagai sumber pelajaran.

Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini diarahkan agar siswa dapat mengembangkan dan memadukan antara teori-teori yang mereka terima dikelas dengan pengamatan langsung di alam. Karena siswa juga merasa jenuh belajar di kelas yang pembelajarannya hanya mengacu pada teori-teori dengan penyampaian materi pelajaran dengan metode ceramah. Sehingga pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini bisa dijadikan sebagai cara atau alternative bagi guru untuk mendidik siswa. Selain keterangan diatas peristiwa alam juga bisa dijadikan sebagai sumber belajar atau pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran seperti; banjir, gempa bumi, letusan gunung api, gerhana, pasang surut air laut. Kepala sekolah hendaknya menyarankan kepada seorang guru agar senantiasa kreatif dalam mencari sumber belajar, supaya siswa tidak terlalu jenuh belajar dikelas. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan menurut Asnawir & Usman (2002: 110):

1. Menyelidiki lingkungan sekitar, mencari hal-hal yang diusahakan dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

2. Membuat perencanaan proses belajar mengajar berdasarkan topik yang dipilih,

3. Mengorganisasi siswa secara berkelompok atau secara individual sesuai dengan kebutuhan,

4. Menjelaskan kepada siswa tentang tugas yang diberikan,

5. Memberikan tugas kepada kelompok atau individu,

6. Mendiskusikan hasil kerja yang diperoleh,

7. Menyimpulkan hasil kerja

8. Menilai kerja siswa, dan

9. Tindak lanjut yang diperlukan.

Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar mengajar Sudjana & Rivai, (2002: 208):

a. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi,

b. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan langsung dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami,

c. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat,

d. Kegiatan belajar lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-lain.

e. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan social, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain, dan Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta akan lingkungan

Selain itu untuk memanfaatkan lingkungan sekitar harus memenuhi beberapa syarat tertentu diantaranya :

1. Harus sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran

2. Dapat menarik perhatian siswa

3. Hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat

4. Dapat mengembangkan keterampilan anak berinteraksi dengan lingkungan

5. Berhubungan erat dengan lingkungan siswa, dan

6. Dapat mengembangkan pengalaman dan pengetahuan siswa

D. Ekosistem

Ekosistem adalah kesatuan organisme semua makhluk hidup disuatu tempat dengan lingkungannya dan saling berinteraksi. Dalam Ekosistem terdiri dari benda hidup, yang disebut faktor biotik, dan benda tak hidup yang disebut faktor abiotik karena itu ekosistem akan tumbuh dan berkembang

Di dalam ekosistem habitat atau tempat hidup organisme sangat erat hubungannya dengan nisia (relung) misalnya: semut berada dibawah semak-semak yang sama dengan kadal tetapi semut itu mencari sisa-sisa organik sedangkan kadal mecari serangga sedangkan keduanya berada di satu habitat

Komponen penyusun ekosistem tersusun atas komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik) yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi

  1. Komponen biotik

Berdasarkan peran dan fungsinya makhluk hidup dalam ekosistem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: produser, consumer, dan dekomposer

  1. Komponen abiotik

Dalam suatu ekosistem, komponen biotik sangat mempengaruhi kehidupan dari komponen biotik. Komponen abiotik dalam ekosistem meliputi: gas oksigen, karbon dioksida, air, tanah, suhu, kelembaban cahaya matahari, dan ruangan.

Ekosistem akan seimbang jika komposisi penyusunnya seimbang karena itu suatu ekosistem akan bertahan lama. Dalam suatu ekosistem jumlah komponen biotik dapat berubah. Perubahan ini dapat terjadi karena komponen biotik ada yang tumbuh, berkembang biak, atau mati selain itu terganggunya ekosistem yang seimbang juga disebabkan bencana alam, hama dan penyakit serta kegiatan manusia. Untuk itu ekosistem memiliki daya lenting yaitu kemampuan ekosistem untuk pulih kembali ke keadaan seimbang. Akan tetapi perubahan ekosistem ke keadaan yang stabil kembali memerlukan waktu yang lama dari proses perubahan komunitas sederhana menjadi komunitas beraneka ragam secara bertahap dan berlangsung dominasi. Pergantian domasi ini disebut suksesi.

Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik organisme penyusun ekosistem dibedakan menjadi dua macam yaitu: organisme autotrof dan organisme heterotrof.

  1. Organisme autotrof

Organisme autotrof adalah organisme yang mampu menyusun zat anorganik menjadi zat organik melalui proses fotosintesis dan kemosintesis. Semua organisme ini memiliki klorofil.

  1. Organisme heterotrof

Organisme heterotrof adalah organisme yang tidak mampu menyusun zat anorganik menjadi zat organik sehingga harus mendapatkan makanannay dengan cara memakan organisme lain, berdaswarkan makananya dibedakan menjadi lima macam yaitu: herbivor, karnivor, omnivor, scanenger, dan detritivor.

E. Hasil belajar

1) Bentuk dan Tipe Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2001 : 22-23) Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar yang secara garis besar membaginya menjadi ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisai dan internalisasi. Ranah Psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Pada dasarnya pelaporan kegiatan hasil belajar merupakan kegiatan mengkomunikasikan dan menjelaskan hasil penilaian seorang guru terhadap perkembangan siswa. Kemudian informasi mengenai hasil penilaian proses dan hasil belajar serta hasil mengajar yaitu berupa penguasaan indikator yang telah ditetapkan, oleh peserta didik informasi hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik dalam pencapaian pembelajaran, agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Bentuk laporan hasil penilaian proses dan hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor Haryati (2007 :115)

Menurut Sudjana (2002 : 45) dalam proses belajar-mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang atau mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar-mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya. Artinya, seberapa jauh tipe hasil belajar yang dimiliki siswa. Tipe hasil belajar harus nampak dalam tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar-mengajar.

2) Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2002 : 39) hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik, dan psikis.

3) Penilaian Hasil Belajar

Menurut Wahidin (2006 : 61 - 62) penilaian berbasis kelas merupakan kewenangan pada sekolah untuk menentukan kriteria keberhasilan, cara, dan jenis penilaian. Kegiatan penilaian berbasis kelas menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Berorientasi pada kompetensi

2. Mengacu pada patokan atau kriteria

3. Ketuntasan belajar

4. Menggunakan berbagai cara

5. Valid, adil, terbuka dan berkesinambungan.

Sekolah melaporkan hasil penilaian kepada : orang tua siswa, dan pihak lain yang berkepentingan. Laporan menggambarkan kemajuan dan hasil belajar pada kurun waktu tertentu. Isi laporan memuat deskripsi kemajuan dan hasil belajar secara menyeluruh. Hasil penilaian dapat digunakan untuk mendiagnosis dan memberikan umpan balik.

a. Indikator keberhasilan belajar

- Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, naik secara individual maupun kelompok

- Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intstruksional khusus (TIK) telah tercapai oleh siswa, baik secara individual meupun kelompok

b. Tingkat beberhasilan belajar

- Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai siswa

- Baik/optimal : apabila sebagian besar (85% sd 94%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa

- Baik/minimal : apabila bahan pelajaran hanya 75% sd 84% dapat dikuasai siswa

- Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dapat dikuasai siswa

c. Penilaian keberhasilan belajar

- Tes formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur setiap bahasan tertentu dan bertujuan hanya untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap satuan bahasan tersebut. Hasil tes ini digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu pula, sebagai feed back (umpan balik) dalam memperbaiki proses belajar mengajar.

- Tes submatif

Penilaian ini meliputi sejumlah bahan pengajaran atau satuan bahasan yang telah diajarkan. Tujuannya ialah selain untuk memperoleh gambaran daya serap, juga untuk menetapkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasilnya diperhitungkan untuk menentukan nilai raport.

- Tes sumatif

Penilaian ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester. Tujuannya ialah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran kualitas sekolah.

F. Hubungan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem

Biologi berasal dari bahasa latin yaitu kata bios yang berarti hidup dan logos yang berarti ilmu. Biologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mahluk hidup. Untuk itu dalam pembelajaran biologi siswa tidak hanya hafal teori akan tetapi siswa dituntut paham dan mengerti akan teori tersebut.

Selain itu ilmu biologi sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan sekitar, untuk itu pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran sangat relevan dan tepat di gunakan dalam pembelajarannya misalnya pada pokok bahasan ekosistem dimana Ekosistem adalah kesatuan organisme semua makhluk hidup disuatu tempat dengan lingkungan dimana mereka tinggal sehingga siswa akan lebih efektif bila dalam proses belajar mengajarnya turun langsung di dalam lingkungan sekitar sehingga hasil dari pembelajaran pada konsep ekosistem akan lebih baik dari pada di lakukan didalam kelas dalam hal ini pembelajaran dikelas dengan metode ceramah atau hanya pengenalan teori-teori yang ada dalam buku tanpa adanya pengalaman nyata dari alam sekitarnya. Pembelajaran Ekosistem adalah proses pembelajaran yang menjelaskan konsep kesatuan antara makhluk hidup dengan lingkungannya

Dalam pokok bahasan ekosistem akan lebih mudah difahami dan dapat diterima oleh siswa dari pada penyampaiannya dilakukan dengan cara ceramah atau dari buku karena dalam bahasan ini siswa turun langsung ke alam yang dalam hal ini adalah lingkungan sekitar dengan bimbingan guru sehingga siswa dapat memecahkan masalah ini. Misalnya siswa dibawa melihat ekosistem yang ada didalam sawah, sungai, dan lapangan yang ada disekitar sekolah. Sehingga siswa akan memperoleh hassil belajar yang memuaskan

BAB III

METODE PENELITIAN

  1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di MTs AL-IKHLAS Mayung Kabupaten Cirebon, sedangkan waktu yang diperlukan dalam penelitian ini selama dua bulan pada kelas VII semester genap yaitu antara bulan Februari sampai Maret.

  1. Kondisi Umum Penelitian

MTs Al-IKHLAS Mayung mulai berdiri sejak 10 Maret 1998 dan memiliki statusdiakui menurut izin kakanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat No. 098/509 Kep/D. 86 Tahun September 1999 dengan NDS : 200558487 dan NSS : 2044657845.

Lokasi MTS Al-Ikhlas Mayung bersebelahan dengan Sekolah Dasar Negeri Mayung 2 (SDN 2 Mayung) dan berdekatan dengan PUSKESMAS pembantu Mayung sedangkan di bagian belakang bangunan adalah hamparan sawah yang luas, serta kebun kecil yang indah selain itu pada bagian depan sekolah terdapat sungai. Sehingga, terlihat nyaman dan tenang serta memudahkan para siswa dalam melaksanakan pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem.

Menurut pengamatan penulis sebelum melakukan penelitian, letak dan kondisi lingkungan yang begitu memadai sehingga cocok untuk dijadikan media dalam pembelajaran dan penulis beranggapan bahwa siswa MTs Al-Ikhlas Mayung Kabupaten Cirebon memilki respons yang positip terhadap materi-materi pembelajaran terutama dalam konsep Ekosistem.

Selain itu kondisi didalam sekolah juga tidak dimungkinkan untuk melakukan praktikum didalam ruangan atau laboratorium, karena didalam lingkungan sekolah itu tidak maksimalnya pemanfaatan laboratorium sebagai media pembelajaran karena itu akan lebih baik memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran terutama pada konsep ekosistem.

  1. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian

1. Sumber Data

1) Teoritik

Sumber data ini di peroleh dari berbagai pustaka dan referensi yang berkaitan dengan wilayah kajian penelitian.

2) Empirik

Sumber data ini diperoleh dari ekperimen pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran pada konsep ekosistem dengan menggunakan kelas eksperimen.

2. Populasi Dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi menurut keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya adalah populasi.

Populasi yang diambil adalah anak kelas VII yang berjumlah 238 terdiri daari 6 kelas yaitu 40 siswa kelas VII A, 39 siswa kelas VII B, 40 siswa kelas VII C, 40 siswa kelas VII D, 40 siswa kelas VII E, 39 siswa kelas VII F. dengan pertimbangan bahwa konsep Ekosistem diajarkan pada siswa kelas VII.

b. Sampel

Sampel adalah pengumpulan data dari populasi dengan mengambil sebagian anggota populasi, tetapi sebagian anggota dipilih dari populasi diasumsikan (harus) mempresentasikan populasi (Subana dan Sudradjat, 2005 : 115)

Peneliti menggunakan teknik Sampling Purposif yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dari subyek penelitiannya. Maka peniliti mengambil sampel kelas VII A sebagai kelas eksperimen

  1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Test, yaitu test tertulis yang dilakukan dalam bentuk soal-soal untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran yang telah dilakukan.

2. angket, angket diberikan terhadap kelas eksperimen untuk mengetahui respon siswa terhadap pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran pada konsep ekosistem

3. Alur Penelitian

Dari penelitian ini langkah awal yang dilakukan adalah studi pendahuluan yaitu dengan menganalisis proses belajar mengajar yang dilakukan disekolah tersebut melalui studi empirik dan studi teoritik, dimana studi ini merupakan studi awal dari permasalahan yang akan diambil, kemudian pembuatan dugaan sementara atau hipotesis.

Selanjutnya pembuatan instrumen penelitian yang meliputi: test formatif dan angket, setelah selesai pembuatan instrumen maka dilakukan pengujian terhadap instrumen-instrumen itu. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ke validan atau kelayakan dari instrumen ini, tetapi pengujian instrumen ini dilakukan bukan kepada kelas eksperimen. Apabila instrumen ini telah memenuhi syarat dan layak untuk di ujikan maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian atau pengambilan data terhadap instrumen tersebut.

Setelah dilakukan pengambilan data langkah selanjutnya yaitu menganalisis data yang telah diperoleh sehingga dapat mengetahui hasil dari penelitian tersebut, kemudian dilakukan penyusunan laporan penelitian.




Gambar 2. Alur Penelitian

4. Analisis Data

1. Uji Validitas

Uji validitas di gunakan untuk mengetahui bagai mana test tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur. Pada penelitian ini validitas test tersebut mampu mengukur materi pelajaran yang telah diberikan dengan perubahan-perubahan perilaku tanpa keluar dari batasan tujuan pengukuran (Syaifuddin Anwar, 2003 : 173)

Penentuan validitas dapat ditentukan dengan rumus :

Dimana rxy = koefisien korelasi antara variable x dan variable y yang dikorelasikan.

(Arikunto, 2001 : 69)

Besarnya koefisien korelasidapat dikategorikan sebagai berikut :

Antara 0, 80 sampai dengan 1, 10 = sangat tinggi

Antara 0, 60 sampai dengan 0, 80 = tinggi

Antara 0, 40 sampai dengan 0, 60 = cukup

Antara 0, 20 sampai dengan 0, 40 = rendah

Antara 0, 00 sampai dengan 0, 20 = sangat rendah

b. Uji Realibilitas

Reliabilitas suatu tes merupakan derajat ketetapan dlam mendapatkan data yang di berikan pada kesempatan berbeda atau tes paralel pada waktu yang sama.

Pengujian reliabilitas tes di tentukan dengan rumus :

(Subana Dan Sudrajat, 2001 : 132)

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah

jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item soal

s = standar deviasi dari tes

Berdasarkan besarnya korelasi dapat dikategorikan sebagai berikut :

< style=""> = tidak ada korelasi

0, 20 – 0, 40 = korelasi rendah

0, 40 – 0, 70 = korelasi sedang

0, 70 – 0, 90 = korelasi tinggi

0, 90 – 1, 00 = sangat tinggi

c. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran sangatlah penting untuk melihat kesukaran soal dalam rangka menyediakan berbagai macam alat diagnostic kesulitan belajar peserta didik ataupun dalam rangka meningkatkan penilaian berbasis kelas(Surapranata, 2004: 11).persamnaan yang digunakan untuk menentukan tinhkat kesukaran dengan proporsi jawaban benar adalah sebagai berikut :

Dimana :

P = proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran

Σ x = banyaknya peserta test yang menjawab benar

Sm = skor maksimum

N = jumlah peserta test

(Surapranata, 2004: 12)

d. Daya pembeda

Indek Daya Pembeda adalah indek yang digunakan dalam membedakan antara peserta test yang berkemampuan tinggi dan peserta test yang berkemampuan rendah (Surapranata, 2004: 23).

Dalam kebanyakan kasus, jumlah peserta test kelompok atas sama dengan jumlah peserta test kelompok bawah nA = nB = n. dengan demikian maka persaman daya pembeda menjadi :

Dimana :

D = Indek daya pembeda

Σ A = Jumlah peserta test yang menjawab benar pada kelompok atas

Σ B = Jumlah peserta test yang menjawab benar pada kelompok bawah

n = Jumlah peserta test kelompok atas atau kelompok bawah

(Surapranata, 2004: 31)

e. Uji Normalitas

Uji normalitas di gunakan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Uji kenormalan dpat di lakukan dengan menggunakan uji chi square (uji kecocokan), dengan rumus:

(Soemantri & Muhidin, 2006 : 292)

f. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas di lakukan untuk mengetahui apakah sampel satu dengan lainnya memiliki persamaan atau tidak. Untuk menguji tingkat nomogenitas di gunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:

Dimana S2 = Varians (Sugiyono, 2004 : 50)

g. Uji t

Uji t di gunakan setelah data di ketahui berdistribusi normal dan homogen. Uji t di lakukan untuk mengetahui tingkat perbedaan antara dua pelakuan dalam penelitian. Uji t dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

a. Mencari deviasai standar gabungan (dsg)

Ket :

n1 = banyaknya data kelompok 1

n2 = banyaknya data kelompok 2

V1 = varians data kelompok 1

V2 = varians data kelompok 2

b. Menghitung t hitung dengan rumus :

Ket :

x1 = rata-rata data kelompok 1

x2 = rata-rata data kelompok 2

dsg = nilai deviasi standar gabungan

(Subana dan Sudradjat, 2001 : 162)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asnawir dan Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Haryati, Mimin. 2007. Model dan Teknik Penilaian Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Istamar syamsuri. 2007. Ipa Biologi untuk SMP kelas VII. Jakarta: Erlangga

Soemantri dan Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia.

Subana, M. dan Sudrajat.2005. Dasar-dasar penelitian ilmiah. Bandung: Pustaka Setia

Sudjana dan Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: sinar Baru Algensindo

Sudjana. 2002. Dasar- Dasar Proses Belajar Mangajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA

Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, NS. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosda Karya.

Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.